Lirik Tembang Sinom: Nulada Laku Utama & Maknanya

by ADDMIN 50 views
Iklan Headers

Guys, siapa di sini yang suka dengan tembang-tembang Jawa? Pasti gak asing lagi dong dengan tembang Sinom. Nah, kali ini kita bakal bahas salah satu lirik tembang Sinom yang cakep banget, yaitu "Nulada Laku Utama". Penasaran kan apa sih makna di balik lirik ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya!

Mengenal Tembang Sinom

Sebelum kita bedah liriknya, kenalan dulu yuk dengan tembang Sinom. Tembang Sinom adalah salah satu dari sebelas macapat dalam khazanah budaya Jawa. Macapat sendiri merupakan bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki aturanGuru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu. Tembang Sinom biasanya menggambarkan fase kehidupan manusia saat remaja, penuh semangat, rasa ingin tahu, dan sedang mencari jati diri. Makanya, gak heran kalau tembang ini sering digunakan sebagai media untuk memberikan nasihat atau pitutur kepada generasi muda.

Ciri khas tembang Sinom terletak pada Guru Gatra-nya yang berjumlah sembilan baris. Selain itu, Guru Wilangan dan Guru Lagu-nya juga punya pola khusus, yaitu: 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a. Pola ini menciptakan melodi yang khas dan mudah diingat, sehingga tembang Sinom enak banget didengar. Dalam konteks budaya Jawa, tembang gak cuma sekadar nyanyian, tapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam. Lewat tembang, kita bisa belajar tentang kehidupan, moral, dan etika secara lebih menyenangkan.

Fungsi tembang Sinom dalam masyarakat Jawa juga gak bisa dianggap remeh. Selain sebagai media hiburan, tembang ini juga sering digunakan dalam upacara adat, pertunjukan wayang, dan berbagai acara penting lainnya. Kehadiran tembang Sinom gak cuma menambah kesakralan acara, tapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat. Gak jarang juga tembang Sinom digunakan sebagai sarana pendidikan informal, di mana orang tua atau guru menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak melalui nyanyian.

Lirik Tembang Sinom "Nulada Laku Utama"

Sekarang, mari kita fokus pada lirik tembang Sinom "Nulada Laku Utama". Lirik ini emang pendek, tapi sarat makna. Berikut adalah lirik lengkapnya:

Nulada laku utama, Tumrape wong tanah Jawi, Wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senopati, Kapati amarsudi, Sudaning hawa lan nepsu, Pinekse tapa brata, Tanapi ing siyang ratri, Amemangun karyenak tyasing sasama.

Secara sederhana, lirik ini mengajak kita untuk meneladani perilaku utama dari para tokoh besar di tanah Jawa, khususnya Panembahan Senopati. Beliau dikenal sebagai sosok yang gak cuma sakti mandraguna, tapi juga memiliki budi pekerti yang luhur. Panembahan Senopati gak pernah lelah untuk mengendalikan hawa nafsu dan amarahnya. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang gemar bertapa dan selalu berusaha untuk membuat hati sesama senang.

Lirik ini gak cuma relevan di masa lalu, tapi juga sangat relevan di era modern seperti sekarang. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, nilai-nilai luhur seperti pengendalian diri, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap sesama seringkali terlupakan. Oleh karena itu, lirik "Nulada Laku Utama" menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Makna Mendalam di Balik Lirik

Lalu, apa sih makna mendalam di balik lirik tembang Sinom ini? Yuk, kita bedah satu per satu:

  • Nulada laku utama: Baris pertama ini mengajak kita untuk meneladani perilaku utama. Perilaku utama di sini gak cuma berarti perbuatan baik secara lahiriah, tapi juga mencakup kualitas batiniah seperti kejujuran, kesabaran, dan keikhlasan. Meneladani perilaku utama berarti kita berusaha untuk menjadi pribadi yang berintegritas dan memiliki moral yang tinggi.
  • Tumrape wong tanah Jawi: Baris kedua ini menunjukkan bahwa ajaran ini ditujukan khususnya bagi orang Jawa. Namun, bukan berarti orang dari suku atau bangsa lain gak bisa mengambil pelajaran dari lirik ini. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam lirik ini bersifat universal dan bisa diterapkan oleh siapa saja, di mana saja.
  • Wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senopati: Baris ketiga dan keempat menyebutkan tokoh yang menjadi teladan, yaitu Panembahan Senopati. Beliau adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam yang dikenal sebagai sosok yang gak cuma berani di medan perang, tapi juga bijaksana dalam memimpin rakyatnya. Meneladani Panembahan Senopati berarti kita belajar untuk menjadi pemimpin yang adil dan bertanggung jawab.
  • Kapati amarsudi, Sudaning hawa lan nepsu: Baris kelima dan keenam menjelaskan salah satu kunci keberhasilan Panembahan Senopati, yaitu kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsu dan amarah. Hawa nafsu dan amarah adalah dua hal yang bisa menghancurkan diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar mengendalikan diri agar gak terjerumus ke dalam perbuatan yang merugikan.
  • Pinekse tapa brata, Tanapi ing siyang ratri: Baris ketujuh dan kedelapan menggambarkan bagaimana Panembahan Senopati melatih dirinya untuk mengendalikan hawa nafsu, yaitu dengan cara bertapa. Tapa di sini gak harus diartikan secara harfiah sebagai kegiatan menyepi di tempat yang sunyi. Tapa bisa juga berarti melatih diri untuk bersabar, menahan diri dari godaan, dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai.
  • Amemangun karyenak tyasing sasama: Baris terakhir ini adalah puncak dari ajaran dalam lirik ini, yaitu berusaha untuk membuat hati sesama senang. Kebahagiaan sejati gak hanya bisa kita rasakan ketika kita berhasil mencapai tujuan pribadi, tapi juga ketika kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan membuat hati sesama senang, kita gak cuma menciptakan lingkungan yang harmonis, tapi juga meningkatkan kualitas hidup kita sendiri.

Relevansi di Era Modern

Di era modern yang serba cepat dan penuh persaingan ini, lirik tembang Sinom "Nulada Laku Utama" tetap relevan sebagai pedoman hidup. Nilai-nilai seperti pengendalian diri, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap sesama semakin penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan ajaran-ajaran dalam lirik ini, kita bisa menjadi pribadi yang lebih bijaksana, bertanggung jawab, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Salah satu contoh penerapan lirik ini dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan belajar mengendalikan emosi. Di era media sosial yang penuh dengan komentar negatif dan hoax, kita seringkali terpancing untuk marah atau emosi. Namun, dengan mengingat ajaran Panembahan Senopati untuk mengendalikan hawa nafsu, kita bisa lebih sabar dan bijaksana dalam merespon situasi yang kurang menyenangkan.

Selain itu, kita juga bisa menerapkan ajaran untuk membuat hati sesama senang dengan cara membantu orang lain yang membutuhkan. Gak perlu melakukan hal-hal besar, cukup dengan memberikan senyuman, mendengarkan keluh kesah teman, atau memberikan bantuan kecil kepada orang yang sedang kesulitan, kita sudah bisa memberikan dampak positif bagi orang lain.

Kesimpulan

So, lirik tembang Sinom "Nulada Laku Utama" gak cuma sekadar rangkaian kata-kata indah, tapi juga mengandung ajaran-ajaran luhur yang bisa kita jadikan sebagai pedoman hidup. Dengan meneladani perilaku utama dari para tokoh besar seperti Panembahan Senopati, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Semoga artikel ini bermanfaat ya, guys! Jangan lupa untuk terus melestarikan budaya Jawa dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.